Rabu, 18 November 2009

askep tumor otak

KASUS III
TUMOR OTAK

Tuan Mn 40 tahun mengalami Sakit kepala dan muntah-muntah, penurunan fungsi visus dan jika berjalan sering terjatuh karena kehilangan keseimbangan badan saat diperiksa di RS mampak lemah, papiledema, TD dan respirasi rate meningkat.

1. Jelaskan terminology yang belum anda ketahui.
2. Jelaskan masalah yang harus anda selesaikan.
3. Analisis masalah tersebut dengan brainstorming agar kelompok memperoleh penjelasan yang beragam mengenai fenomena yang didiskusikan .
4. Cobalah untuk menyusun penjelasan yang sistematis mengenai fenomena/masalah yang diberikan kepada anda.
5. Susunlah persoalan-persoalan yang tidak bisa diselesaikan dalam diskusi tersebut menjadi tujuan pembelajaran kelompok ( learning issue/learning objectives ).
6. Lakukanlah belajar mandiri untuk mencari informasi yang anda butuhkan guna menjawab learning issue yang telah anda tetapkan.
7. Jabarkan temuan informasi yang telah dikumpulkan oleh anggota kelompok, sintesakan dan diskusikan temuan tersebut agar tersusun pejelasan yang komprehensif untuk mejelaskan dan menyelesaikan masalah.










BAB I
PENDAHULUAN

Di dalam era CT scan dewasa ini, sering kali dibuat diagnosis penderita sebagai tumor otak. Dan sebagai gambaran umum disebutkan bahwa kurang lebih 10% tumor pada manusia mengenai susunan saraf pusat, dimana 80% dari padanya berada didalam intrakranial dan 20% di medulla spinalis. Tumor metastasis otak merupakan 20% dari tumor intrakranial. Penyebab yang pasti belum dapat ditentukan, walaupun penyelidikan-penyelidikan telah dilakukan. Faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab yaitu : keturunan, sisa-sisa sel embrional, perubahan neoplastik, trauma, virus dan bahan-bahan karsinogenik.
Urutan-urutan frekuensi tumor otak adalah sebagai berikut :
1. Glioma 41%
2. Meningioma 17%
3. Adenoma hipofise 13%
4. Neurilemmoma/neurofibroma 12%
5. Tumor metastasis
6. Tumor pembuluh darah.
Mengenai lokalisasi tumor otak, dilaporkan bahwa pada orang dewasa kebanyakan di daerah supratentorial, sedangkan pada anak-anak di daerah infratentorial. Tumor-tumor metastasis otak kebanyakan berasal dari paru, traktus digestivus, mamma serta ginjal, din-ma 70% terletak di hemisfir serebri, sedangkan 30% di serebelum dan 70% multipel.








BAB II
ISI

A. Pengertian tumor otak
Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intracranial yang menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk kedalam sebuah jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan. Akibat perubahan fisik bervariasi, yang menyebabkan beberapa atau semua kejadian patofisiologis sebagai berikut:
1. Peningkatan tekanan iantrakranial (TIK) dan edema serebral.
2. Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologis fokal.
3. Hidrosefalus.
4. Gangguan fungsi hipofisis.
Tumor-tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20% dari semua penyebab kematian karena kanker, dimana sekitar 20%-40% dari semua kanker pasien mengalmi metastase ke otak dari tempat-tempat lain. Tumor-tumor otak jarang bermetastase keluar sistem saraf pusat tetapi jejas metastase ke otak biasanya dari paru-paru, payudara, saluran gastrointestinal bagian bawah, pancreas, ginjal dan kulit.
Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade kelima, keenam dan ke tujuh, dengan tingginya insiden pada pria. Pada usia dewasa, tumor banyak dimulai dari sel glia (sel glia membentuk struktur dan mendukung sistem otak dan medulla spinalis) dan merupakan supratentorial (terletak diatas penutup serebelum). Jejas neoplastik didalam otak akhirnya menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital, seperti pernafasan atau adanya peningkatan TIK.
Tumor otak merupakan suatu jaringan baru yang tumbuh pada organ otak yang disebabkan oleh adanya lesi pada organ tersebut yang semakin lama bertambah besar dan hingga akhirnya menekan beberapa saraf intracranial.




B. Klasifikasi tumor otak
Jenis tumor ganas menurut susunan saraf pusatnya dibagi menjadi dua:
1. Tumor ganas primer
Contoh dari tumor ganas primer ini misalnya asterositoma, astroblastoma, oligodendroglioma, mixedglioma dan limfoma serebral.
2. Tumor metastase dalah tumor yang berasal dari daerah manapun dari tubuh, yang umumnya terdapat ekstradural dalam kanalis spinalis, karena penyebarab hematogen ke arah pleksus venosus peridural dari vena-vena di dalam pelvis, dinding rongga thorax dalam thorax dan daerah leher.
Tumor serebellum merupakan salah satu tumor intrinsic posterior, yang pada orang dewasa merupakan tumor metastase tersering di hemisfer serebellum lokasi primer sesuai dengan lesi supratentorial.

Jenis tumor berdasarkan lokakisasi/ daerah yang terkena antara lain:
1. Astrositoma & Oligodendroglioma
Astrositoma dan oligodendroglioma merupakan tumor yang pertumbuhannya lambat dan mungkin hanya menyebabkan kejang.
Jika lebih ganas (astrositoma anaplastik dan oligodendroglioma anaplastik) bisa menyebabkan kelainan fungsi otak, seperti kelemahan, hilangnya rasa dan langkah yang goyah.
Astrositoma yang paling ganas adalah glioblastoma multiformis, yang tumbuh sangat cepat sehingga menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam otak dan menyebabkan sakit kepala, berfikir menjadi lambat dan rasa ngantuk atau bahkan koma.
2. Meningioma
Tumor jinak yang berasal dari selaput yang membungkus otak (meningen) bisa menyebabkan berbagai gejala yang tergantung kepada lokasi pertumbuhannya.
Bisa terjadi kelemahan atau mati rasa, kejang, gangguan penciuman, penonjolan mata dan gangguan penglihatan.
Pada penderita lanjut usia bisa menyebabkan hilang ingatan dan kesulitan dalam berfikir, mirip dengan yang terjadi pada penyakit Alzheimer.
3. Tumor Pinealis
Kelenjar pinealis terletak di pertengahan otak, yang berfungsi mengatur jam biologis tubuh, terutama pada siklus normal diantara bangun dan tidur.
Tumor pinealis atipikal (tumor sel germ) paling sering terjadi pada masa kanak-kanak dan seringkali menyebabkan pubertas dini.
Tumor ini bisa merusak pengaliran cairan di sekitar otak, sehingga terjadi pembesaran otak dan tengkorak (hidrosefalus) dan kelainan fungsi otak yang serius.


4. Tumor Kelenjar Hipofisa
Kelenjar hipofisa terletak di dasar tengkorak, berfungsi mengatur sistem endokrin tubuh.
Tumor kelenjar hipofisa biasanya jinak dan secara abnormal menghasilkan sejumlah besar hormon hipofisa:
a. Peningkatan kadar hormon pertumbuhan yang berlebihan menyebabkan gigantisme (tumbuh sangat tinggi) atau akromegali (pembesaran yang tidak proporsional dari kepala, wajah, tangan, kaki dan dada)
b. Peningkatan kadar kortikotropin menyebabkan sindroma Cushing
c. Peningkatan kadar TSH (thyroid-stimulating hormone) menyebabkan hipertiroidisme
d. Peningkatan kadar prolaktin menyebabkan amenore (terhentinya siklus menstruasi), galaktore (pembentukan ASI pada wanita yang tidak sedang menyusui) dan ginekomastia (pembesaran payudara pada pria).
Tumor kelenjar hipofisa juga bisa erusak jaringan yang menghasilkan hormon, yang pada akhirnya akan menyebabkan kekurangan hormon dalam tubuh.
Gejala lainnya bisa berupa sakit kepala dan hilangnya lapang pandang luar pada kedua mata.


C. Etiologi
1. Zat kimia (monosodium glutamate)
Akibat dari banyaknya zat kimia yang masuk kedalam tubuh manusia mengakibatkan perubahan susunan sistem dan fungsi tubuh. Dengan terakumulasinya zat-zat tersebut dalam jumlah besar dapat memperburuk fungsi sistem tubuh. Terlebih jika ada faktor pemicu lain yang juga masuk kedalam tubuh. Tidak dapat kita bayangkan apa yang terjadi, apabila hal itu menimpa diri kita. Meski semua bukan kehendak kita (idiopatik) kita hendaknya selalu waspada dan menghindari faktor pencetus tersebut.
2. Radiasi
Efek radiasi terhadap dura memang dapat menimbulkan pertuimbuhan sel-sel dura. Sel-sel di dalam otak atau sel-sel yang sudah mencapai kdewasaan, pada umumnya agak kurang peka terhadap efek radiasi disbanding dengan sel-sel neoplasma. Maka dari itu radiasi digunakan untuk pemberantasan pertumbuhan sel neoplastik. Tetapi dosis subterapeutik dapat merangsang pertumbuhan sel-sel mesenkhimal sehingga masih banyak penyelidik yang menekankan pada radiasi sebagai faktor etiologik neoplasma serebri.
3. Virus
Banyak oenyelidikan tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar dengan maksud menentukan peran infeksi virus dalam genesis neoplasma. Belakangan ini telah dibuktikan oleh burkitt bahwa suatu limfoma yang banyak dijumpai pada penduduk Afrika disebabkan oleh infeksi virus. Tetapi deskrepansi antara banyaknya virus dengan luasnya lesi karena infeksi virus di suatu pihak dan sedikitnya perubahan neoplasmatik yang dijumpai bersama dengan pihak lain, masih merupakan halangan untuk diterimanya infeksi virus sebagai faktor etiologic neoplasma serebri.
4. Substansi-substansi karsinogen
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi-substansi yang karsinogenik, misalnya methycholanthore, nitroso-ethyl-urea. Neoplasma yang dikembangkan dengan kimiawi ini berhasil ditransplantasikan ke binatang lain sesuku.
5. Bawaan
Meningioma, astrositoma, dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota seke;luarga. Sklerosis tuberose atau penyakit sturge-webwr, yang dapat dianggap senagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.
6. Degenerasi atau perubahan neuplasmatik
D. Manifestasi klinis
1. Nyeri kepala
2. Muntah
3. Papiledema
4. Gangguan mental
5. Pembesaran kepala
6. kejang
7. Sensasi abnormal di kepala
8. Nadi lambat dan tensi meningkat


1. Nyeri kepala
Nyeri kepala merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita tumor otak, nyeri dapat bersifat dalam, terus-menerus, tumbuh dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri paling hebat terjadi pada pagi dan lebih hebat terjadi pada saat individu sedang beraktivitas sehingga dapat menimbulkan TIK pada saat membungkuk, batuk dan pada saat mengejan pada saat BAB. Nyeri dapat berkurang bila diberi aspirin dan kompres air dingin di daerah yang sakit.
2. Mual dan muntah
Mual dan muntah terjadi akibat rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan TIK yang disertai pergeseran batang otak.
Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan dapat proyektil.
3. Papiledema
Papiledema disebabkan oleh stress vena yang menimbulkan pembengkakan papilla saraf optikus. Bila terjadi pada pemeriksaan oftalmoskopi (funduskopi), tanda ini mengisyaratkan terjadi kenaikkan TIK. Kadang-kadang disertai gangguan penglihatan, termasuk pembesaran bintik buta dan amaurosis fugaks (saat-saat dimana penglihatan berkurang).


4. Gangguan mental
Gejala gangguan mental tidak perlu dihubungkan dengan lokalisasi tumor, walaupun beberapa sarjana menyatakan bahwa gejala ini sering dijumpai pada tumor lobus frontalis dan temporalis. Juga dikatakan bahwa meningioma merupakan tumor yang sering menimbulkan gangguan mental. Gejalanya sangat tidak spesifik. Dapat berupa apatis, demensia, gangguan memori, gangguan intelegensi, gangguan tingkah laku, halusinasi sampai seperti psikosis.
5. Pembesaran kepala
Keadaan ini hanya terjadi pada anak-anak, dimana suturanya belum menutup. Dengan meningkatnya tekanan intrakranial, sutura akan melebar dan fontanella anterior menjadi menonjol. Pada beberapa anak sering terlihat pembendungan vena didaerah skalp dan adanya eksoftalmos. Pada perkusi terdengar suara yang khas, disebut crack pot signs (bunyi gendi yang rengat).
6. Kejang
Kejang dapat merupakan manifestasi pertama tumor otak pada 15% kasus. Dikatakan, bahwa apabila terjadi kejang fokal pada orang berumur di bawah 50 tahun, harus dipikirkan adanya tumor otak, selama penyebab lain belum ditemukan. Dalam hal terjadinya kejang, lokasi tumor lebih penting daripada histologinya. Tumor yang jauh dari korteks motoris akan jarang menimbulkan kejang. Meningioma pada konveksitas otak, sering menimbulkan kejang fokal sebagai gejala dini. Sedangkan kejang urnum biasanya terjadi, apabila kenaikan tekanan intrakranial melonjak secara cepat misalnya pada Glioblastoma multiforme.
7. Sensasi abnormal di kepala
Banyak penderita merasakan berbagai macam rasa yang samar-samar. Sering dikeluhkan sebagai enteng kepala (lightheadness), pusing (dizziness) dan lain-lainnya. Keadaan ini mungkin sesuai dengan tekanan intrakranial yang meningkat.
8. Bradikardi dan tensi meningkat :
Keadaan ini dianggap sebagai mekanisme kompensatorik untuk menanggulangi iskemia otak.


E. Patofisiologi
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang menyebabkan nekrosis jaringan otak. Akibatnya terjadi kehilangan fungsi secara akut dan dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron akibat kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak.
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor gangguan fokal oleh tumor dan kenaikkan tekanan intracranial (TIK). Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti bertambahnya massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi CSS. Tumor ganas menyebabkan edema dalam jaringan otak yang diduga disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Obstruksi vena dan edema disebabkan oleh kerusakan sawar di otak, menimbulkan peningkatan volume intraKranial dan peningkatan TIK.
Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika tejadi dengan cepat. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intracranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini meliputi volume darah intracranial, volume CSS, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim otak. Kenaikkan tekanan yang tidak diatasi akan mengakibatkan herniasi unkus serebellum.
Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melelui incisura tentorial karena adanya massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan esensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ke-3. Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi meduls oblongata dan terhentinya pernapasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik dan gangguan pernapasan.




PATHWAYS































F. Pemerisaan Penunjang

1. X-foto tengkorak
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan :
a. Kalsifikasi intrakranial :
1) pada tumor otak kira-kira 10% mengalami kalsifikasi.
2) insidensi kalsifikasi tertinggi terjadi pada Kraniofaringioma dan Oligodendroglioma.
b. Displacement calcified pineal gland :
Glandula pineale sering mengalami kalsifikasi pada orang dewasa berupa suatu struktur di garis tengah yang tidak akan berpindah ke lateral lebih dari 3 mm pada gambaran foto tengkorak AP. Pergeseran lebih dari 3 mm sebagai indikasi adanya tumor otak.
c. Tanda-tanda tekanan intra kranial yang meningkat :
1) Tanda paling dini dari kenaikan tekanan intracranial adalah dekalsifikasi prosessus klinoideus posterior, dilanjutkan dengan perubahan yang serupa di lantai dorsum sella tursika. Pada jangka waktu yang lama, keadaan ini dapat mengakibatkan lantai dorsum sella mengembung, hilang atau rusak. Juga dapat disebabkan karena ekspansi adenoma hipofise atau tumor-tumor disekitar sella tursika.
2) Impresio digiti.
3) Pelebaran sutura pada anak-anak.
d. Pembentukan tulang baru (Hyperostosis) :
Pada meningioma kira-kira 40% memperlihatkan gambaran hiperostosis, terutama didaerah pterion, tuberkulum sella, serebelepontin dan fosa kranii media. Sedangkan tumor jenis lain sering pada daerah dasar tengkorak.
e. Destruksi tulang :
1) Kira-kira 10% meningioma menunjukkan penipisan tulang. Dapat disebabkan karena infiltrasi tumor pada tulang atau karena erosi tulang disebabkan tekanan dari tumor yang tumbuh perlahan-lahan.
2) Kista epidermoid kadang-kadang dapat ditunjukkan dengan adanya area yang mengalami destruksi.
2. X-foto toraks : Banyak tumor metastase otak berhubungan dengan adanya lesi primer di paru.
3. "Computerized Tomography,Scan" (CT scan) :
Merupakan pemeriksaan yang nontraumatik dan dapat mendeteksi adanya tumor otak kira-kira 95%.

4. "Electroencephalography" (EEG) :
Tumor pada hemisfer serebri, sering memberi gambaran EEG abnormal pada 75 - 85% kasus. Sedangkan tumor pada fosa posterior sering tidak memberikan kelainan EEG. Tumor otak sendiri tidak memberi aktifitas listrik abnormal. Hanya neuron-neuron yang membuat ini dan neuron-neuron pada daerah dekat tumor menjadi abnormal sedemikian rupa sehingga "hypersynchronisation" dari pelepasanpelepasan listrik dari beribu-ribu atau berjuta-juta sel saraf membentuk gelombang lambat atau gelombang runcing (spike) pada EEG. Mungkin tumor ini memberi kelainan metabolik neuron-neuron didekatnya, dengan tekanan langsung tumor, edema atau denganmerusak enervasi darahnya. Edema serebri mungkin adalah mekanisme yang paling penting.
5. MRI
Membantu dalam mendagnosis tumor otak. Ini digunakan untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil, alat ini juga umumnya untuk membantu dalanm mendeeks tumor-tumor di dalam batang otak dan darah hipofisis, dimana tulang mengganggu dalam gambaran yang menggunakan CT.
6. Lumbal pungsi (LP) :
Penggunaan LP untuk metidiagnosis adanya tumor otak,sudah banyak ditinggalkan. Lagi pula cara ini harus dikerjakan pada indikasi yang tepat. L.P. masih tetap digunakan pada dugaan adanya meningeal carcinomatosis, granuloma kronis atau adanya dugaan proses desak ruang yang dengan pemeriksaan CT scan negatip.
7. Arteriografi :
Dewasa ini pemeriksaan CT scan telah mendesak arteriografi. Arteriografi dapat memberikan tambahan dimensi tumor otak dan serial arteriografi dapat membantu menggambarkan mengenai blood supply dari tumor. Tumor dari kelompok meningioma biasanya sangat vaskuler (banyak pembuluh darah) dan sering menimbulkan pembesaran pada pembuluh darah arteri yang diinervasi. Gambaran yang khas pada meningioma adalah adanya pembuluh darah yang menginervasi tumor oleh cabang-cabang dari sistim karotis eksterna. Arteriografi juga membantu adanya dugaan proses tumor di fosa posterior, tumor kecil di batang otak atau neurilemmoma akustikus yang tidak tampak pada CT scan.
8. Pneumoensefalografi dan Ventrikulografi :
Dapat menunjukkan paling jelas tumor intra ventrikuler dan tumor yang letaknya dalam dekat pada ventrikel, atau mengadakan invasi pada struktur di garis tengah (invading mid line structures).

G. Penatalaksanaan
Tindakan terhadap kanker otak adalah paliatif dan melibatkan penghilangan atau mengurangi simtomatologi serius. Meringankan dengan pasti adalah tujuan, menekan tanda dan gejala dapat menjadi keputusan dalam usaha untuk meningkatkan kualitas kehidupan bagi keduanya yaitu baik pasien maupun keluarganya. Pasien dengan metastase intraserebral yang tidak terobati mengalami keadaan yang turun naik, dengan waktu kelangsungan hidupnya yang sangat terbatas, sedangkan pengobatannya berlangsung untuk periode waktu singkat.
Pendekatan terpeutik ini mencakup radiasi, yang menjadi dasar pengobatan, pembrdahan (biasanya pada metastase intracranial tunggal), kemoterapi, atau menggunakan kombinasi metode-metode ini.
Kortikosteroid dapat membantu mengurangi sakit kepala dan perubahan kesadaran. Hal ini dianggap bahnwa kortikosteroid (deksametason, prednisone) menurunkan edema sekitarnya.
Obat-obatan ini mencakup agens-agens osmotic (manitol, gliserol) untuk menurunkan cairan pada otak, yang ditujukan dengan penurunan TIK. Obat-obatan antikejang (fenitoin) digunakan untuk mencegah dan mengobati kejang. Hasil pendukung telah ditunjukkan pada pengobatan terhadap lesi metastatic dengan agens kemoterpi seperti karmustin (BCNU).
Bila pasien mengalami nyeri hebat, morfin dapat diinfuskan kedalam ruang epidural atau subarakhanoid melalui jarum spinal atau kateter sedekat mungkin ke segmen spinal dimana nyeri dirasakan.

H. Pengkajian
1. Data klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan, alamat, penanggung jawab, dll
2. Riwayat kesehatan :
a. Kaji keluhan utama
b. Kaji riwayat kesehatan sekarang
c. Kaji riwayat kesehatan masa lalu
d. Kaji riwayat kesehatan keluarga
3. Pemeriksaan fisik :
a. Kaji sistem saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia, penurunan/kehilangan memori, afek tidak sesuai, berdesis
b. Kaji penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur
c. Kaji pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
d. Kaji fungsi jantung : bradikardi, hipertensi
e. Kaji sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromuskuler
f. Kaji sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes mellitus
g. Kaji sistem motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi

I. Masalah Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas
2. Gangguan rasa nyaman, nyeri kepala
3. Resiko tinggi cidera
4. Perubahan proses piker
5. Gangguan perfusi serebral
6. Ansietas/ kecemasan

J. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya kontrol terhadap otot pernafasan ), ditandai dengan : perubahan kedalamam nafasn, dispnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi.
2. Gangguan rasa nyaman, nyeri kepala b.d peningkatan TIK, ditandai dengan : nyeri kepala terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah bila klien batuk, mengejan, membungkuk.
3. Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP, ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran.
4. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan disorientasi, penurunan kesadaran, sulit konsentrasi.
5. Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema
6. Ansietas/ kecemasan b.d kurang informasi tentang prosedur

K. Intervensi keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya kontrol terhadap otot pernafasan ), ditandai dengan : perubahan kedalamam pernafasan, dispnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi.
Tujuan : Gangguan pertukaran gas dapat teratasi
Tindakan :
a. Bebaskan jalan nafas
b. Pantau vital sign
c. Monitor pola nafas, bunyi nafas
d. Pantau AGD
e. Monitor penururnan gas darah
f. Kolaborasi O2
2. Gangguan rasa nyaman, nyeri kepala b.d peningkatan TIK, ditandai dengan : nyeri kepala terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah bila klien batuk, mengejan, membungkuk
Tujuan : rasa nyeri berkurang
Tindakan :
a. Pantau skala nyeri
b. Berikan kompres dimana pada area yang sakit
c. Monitor tanda vital
d. Beri posisi yang nyaman
e. Lakukan Massage
f. Observasi tanda nyeri non verbal
g. Kaji faktor defisid, emosi dari keadaan seseorang
h. Catat adanya pengaruh nyeri
i. Kompres dingin pada daerah kepala
j. Gunakan teknik sentuham yang terapeutik
k. Observasi mual, muntah
l. Kolaborasi pemberian obat : analgetik, relaksan, prednison, antiemetic
3. Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP, ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran
Tujuan : tidak terjadi cidera
Tindakan :
a. Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan klien
b. Pantau tingkat kesadaran
c. Orientasikan klien pada tempat, orang, waktu, kejadian
d. Observasi saat kejang, lama kejang, antikonvulsi,
e. Anjurkan klien untuk tidak beraktifitas
4. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan disorientasi, penurunan kesadaran, sulit konsentrasi
Tujuan : mempertahankan orientasi mental dan realitas budaya
Tindakan :
a. kaji rentang perhatian
b. Pastikan keluarga untuk membandingkan kepribadian sebelum mengalami trauma
dengan respon klien sekarang
c. Pertahankan bantuan yang konsisten oleh staf, keberadaan staf sebanyak mungkin
d. Jelaskan pentingnya pemeriksaan neurologis
e. Kurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negative
f. Dengarkan klien dengan penuh perhatian semua hal yang diungkapkan klien/keluarga
g. Instruksikan untuk melakukan rileksasi
h. Hindari meninggalkan klien sendiri
5. Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema
Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang
Tindakan :
a. Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK
b. Catat status neurologi secara teratur, badingkan dengan nilai standart
c. Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
d. Pantau tekanan darah
e. Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan dan
penglihatan kabur
f. Pantau suhu lingkungan
g. Pantau intake, output, turgor
h. Beritahu klien untuk menghindari/ membatasi batuk, untah
i. Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai
j. Tinggikan kepala 15-45 derajat.
6. Cemas b.d kurang informasi tentang prosedur
Tujuan : rasa cemas berkuang
Tindakan :
a. Kaji status mental dan tingkat cemas
b. Beri penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala
c. Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian
d. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan piiran dan perasaan takut
e. Libatkan keluarga dalam perawatan
L. EVALUASI
1. Dx: Gangguan pertukaran gas b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya kontrol terhadap otot pernafasan ), ditandai dengan : perubahan kedalamam pernafasan, dispnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi.
Evaluasi: setelah dilakukan intervensi keperawatan tidak dijumpai adanya gangguan pertukaran gas, mampu bernafas dalam-dalam, ekspirasi dan inspirasi lancar.
2. Dx: Gangguan rasa nyaman, nyeri kepala b.d peningkatan TIK, ditandai dengan : nyeri kepala terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah bila klien batuk, mengejan, membungkuk.
Evaluasi: setelah dilakukan intervensi keperawatan pasien merasa dan mengatakan lebih nyaman, tidak merasa nyeri dan intensitas nyeri berkurang.
3. Dx: Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP, ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran.
Evaluasi: setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko cidera menurun tidak dijumpai kejang.
4. Dx: Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan disorientasi, penurunan kesadaran, sulit konsentrasi.
Evaluasi: setelah dilakukan intervensi keperawatan pasien mampu berpikir secara rasioanal, mampu mengenal lingkungan sekitar, mengalami peningkatan kesadaran dan dapat berkonsentrasi.
5. Dx: Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak, depresi SSP dan edema.
Evaluasi: setelah dilakukan intervensi keperawatan perfusi serebral menjadi lebih efektif, muka dan tubuh rileks, kulit tidak pucat.
6. Dx: Ansietas/ kecemasan b.d kurang informasi tentang prosedur.
Evaluasi: setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami kecemasan yang berlebih/cemas berkurang.

M. Prognosis
Pada umumnya prognosis ditentukan oleh faktor keganasan dan lokalisasi dari tumor otak. Makin ganas jenis tumor seperti glioblastoma atau meduloblastoma prognosisnya makin buruk dan tidak tergantung dari letak tumor. Sebaliknya tumor-tumor yang timbulnya perlahan seperti meningioma, relatif memberikan prognosis yang lebih baik. Disamping itu, tumor-tumor yang terletak di bagian yang sukar dicapai akan memberikan prognosis yang kurang baik. Demikian juga dengan tumor-tumor metastasis akan memberikan prognosis yang jelek.








DAFTAR PUSTAKA

1. Carpernito, Lynda Juall. 1999.Rencana Asuhan keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC.Jakarta.
2. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan ed.3. EGC. Jakarta.
3. Smietzer, Suzane C. 2002. Buku Ajar keperawatan medical bedah. EGC. Jakarta.
4. Price, Sylvia A. Patofisiologi. EGC: Jakarta
5. Elizabeth, J.Corwin. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Cetakan I. EGC: Jakarta.
6. B. Batticaca, Fransisca.2008. Asuhan Perawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Salemba Medika: Jakarta





















KASUS III
TUMOR OTAK
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem neurobehaviour
Dosen pengampu: Nihan Narastri SKp.Ns.
Tutor: Sugiharta MAN.



Disusun Oleh:
1. Melia Ryandani 07.0193.S
2. Naila Karimah 07.0197.S
3. Nurul Afyan D. 07.0204.S
4. Qurrotul A’yun 07. 0208.S
5. Siska Arliani 07.0212.S
6. Tatik Mualifah S. 07.0217.S
7. Turmudi 07.0220.S
8. Yohana Meta V. 07.0228.S


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
PEKAJANGAN – PEKALONGAN
2009